Dari
semua program pertukaran pemuda lainnya dibawah naungan Kementerian Pemuda dan
Olahraga, bisa dikatakan bahwa Australia Indonesia Youth Exchange ProgramI (AIYEP)
adalah pertukaran pemuda yang paling banyak memiliki Cultural
Performance. Saya yakin kebanyakan orang yang mendengar pernyataan ini akan
langsung berkata “ah, masa sih? Kan AIYEP fokusnya lebih ke magang.”
Awalnya pun saya berpikir demikian. Hingga saat semua peserta AIYEP bertemu di Jakarta dan mendapatkan materi tentang AIYEP, saya baru mengerti alasan mengapa AIYEP mengharuskan ada Cultural Performance satu kali dalam satu minggu.
Awalnya pun saya berpikir demikian. Hingga saat semua peserta AIYEP bertemu di Jakarta dan mendapatkan materi tentang AIYEP, saya baru mengerti alasan mengapa AIYEP mengharuskan ada Cultural Performance satu kali dalam satu minggu.
Jika
dihitung dari panjang programnya, Cultural Performance yang dilakukan
selama AIYEP berlangsung, mungkin ada sebanyak 12 kali Cultural Performance.
12 kali penampilan ini tidak terhitung dari Cultural Performance yang
dilakukan di kunjungan-kunjungan institusi yang ada di Australia maupun
Indonesia. Hitungan kotornya, sepanjang program akan ada sekitar 16 kali Cultural
Performace setidaknya apabila ditambahkan dengan penampilan di kunjungan
institusi. Meski AIYEP berfokus kepada magang karena hampir sekitar 60%
kegiatan selama program berbentuk magang, namun pada dasarnya AIYEP menganggap
bahwa Cultural Performance juga merupakan unsur yang sangat penting di
dalam program ini.
Mengapa
Cultural Performance menjadi unsur penting di dalam AIYEP? Sebenarnya,
ada maksud tersendiri yang menjadi landasan mengapa Cultural Performance harus
dilakukan seminggu sekali. Alasannya adalah untuk mewujudkan tujuan awal dari
program pertukaran pemuda itu sendiri, yaitu tercapainya Cross Cultural
Understanding antara peserta Indonesia dengan Indonesia, Peserta Indonesia
dengan peserta Australia, juga antara Seluruh peserta AIYEP dengan masyarakat lokal
yang ada di Indonesia maupun di Australia.
Zapin Bangkahulu Dance from Bengkulu Province |
Indonesia
memiliki begitu banyak kebudayaan. Dari Sabang sampai Merauke, jika harus
dikalkulasikan, jumlah keberagaman budaya kita di Indonesia akan sangat banyak.
Bahkan di satu provinsi yang ada di Indonesia, bisa memiliki begitu beragam
budaya. Misalkan saja baju adat, rumah adat, tarian-tarian, bahasa, dan
lain-lain. Mungkin di setiap provinsi malah memiliki lebih dari satu baju adat,
lebih dari satu bahasa, dsb. Semua keberagaman itulah yang menjadi pencetus
semboyan paling terkenal di Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Namun
sebenarnya, apakah semua orang Indonesia sudah memahami makna dari Bhineka
Tunggal Ika?
Mungkin
tidak seluruh warga Indonesia begitu mengimplementasikan makna dari Bhineka
Tunggal ika itu sendiri, akan tetapi bisa dikatakan bahwa orang Indonesia
sudah bisa sangat bertoleransi dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki antar
tiap daerah. Namun yang menjadi kendala adalah tidak semua orang mengetahui
semua kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun ketika menjalankan program, kita
akan dipaksa untuk mengetahui juga meresapi kebudayaan-kebudayaan tiap daerah
yang ada di Indonesia melalui Cultural Performance ini.
Selama
sepuluh hari di Pra Departure Training, semua peserta dari tiap provinsi
akan mengajari satu sama lain untuk menarikan tarian dan menyanyikan lagu
daerah dari daerah mereka masing-masing. Sejak itu, kita akan benar-benar
merasakan betapa kayanya Indonesia secara nyata. Alasannya karena kita tidak
hanya menjadi penonton dari penampilan seni tersebut, tapi kita juga dituntut
untuk ikut berperan didalamnya, dengan memahami dan menjiwai makna dari tiap
penampilan tersebut. Orang Sumatra dan Jawa yang tariannya lebih banyak
menggunakan tangan harus belajar bagaimana cara menarikan tarian dari papua dan
Maluku yang lebih banyak menggunakan kaki. Begitu pula sebaliknya, orang Papua
dan Maluku yang lebih banyak menggerakan kaki di dalam tariannya juga harus
belajar bagaimana cara menarikan tarian-tarian dari wilayah barat Indonesia
yang lebih banyak menggunakan tangan. Begitu pula dengan tarian-tarian yang
berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan daerah-daerah lain dari Indonesia.
Semuanya akan dipelajari bersama. Dengan demikian, Cross Cultural
Understanding yang pertama telah tercapai, yaitu lahirnya pemahaman di
dalam pikiran peserta Indonesia mengenai arti Bhineka Tunggal Ika yang
sesungguhnya, terutama di bidang seni dan budaya itu sendiri.
Ketika
sampai di fase Indonesia, Cultural Performance akan dilakukan bersama
dengan peserta dari Australia. Artinya, peserta Indonesia juga harus berusaha
mengajarkan peserta Australia bagaimana cara menarikan tarian Indonesia. Selain
itu, peserta dari Indonesia pun juga harus mempelajari bagaimana cara menarikan
tarian dari Australia yang diajarkan oleh peserta dari Australia.
Saman Dance by AIYEP participants |
Dengan
adanya Cultural Performance yang dilakukan bersama antara peserta
Indonesia dan Australia, maka tercapai tujuan Cross Cultural Understanding yang
diharapkan tadi, yaitu antara peserta dari Indonesia dengan peserta dari
Australia. Dengan adanya pemahaman tersebut, diharapkan agar kelak hubungan
yang terjalin antara peserta AIYEP ini dapat meredam hubungan buruk antara
Indonesia dengan Australia apabila suatu waktu terjadi permasalahan. Karena Cultural
Performance yang dilakukan dalam program bisa dibilang intens (karena
dilakukan setiap seminggu sekali), maka pemahaman mengenai budaya masing-masing
negara antar sesama peserta AIYEP pun menjadi semakin kuat.
Cultural
Performance di AIYEP
berlangsung pada hari senin setiap minggu. Bentuk dari Cultural Performance
yang dilakukan bersama antara peserta Indonesia dan Australia selama di fase
Indonesia ini, tidak jauh berbeda dengan Cultural Performance yang
dilakukan oleh peserta Indonesia selama fase Australia. Peserta akan mengatur Round
Down penampilan untuk tiap minggu. Setelah itu, peserta akan melakukan Cultural
Performance di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi. Di dalam satu
hari, biasanya peserta AIYEP akan melakukan 2 kali Cultural Performance di
tempat yang berbeda.
Dengan
adanya penonton (masyarakat lokal) saat Cultural Performance berlangsung,
maka Cross Cultural Understanding yang selanjutnya pun terjadi antara
peserta dengan masyarakat lokal. Karena Cultural Performance ini
dilakukan oleh “bule” (saat di fase Australia, peserta Indonesia juga bisa
disebut bule toh?), maka antusiasme penonton untuk memperhatikan penampilan
tersebut dengan hikmat menjadi sangat tinggi. Penonton-penonton tersebut juga menjadi
sangat ingin mempelajari lebih dalam mengenai penampilan yang peserta lakukan.
Dengan adanya penampilan ini sendiri, masyarakat Australia menjadi semakin
paham bahwa Indonesia tidak hanya Bali saja. Dengan adanya penampilan ini juga
masyarakat Indonesia menjadi semakin mengerti kebudayaan Australia yang sangat
berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Ditambah lagi, masyarakat Indonesia diharapkan
menjadi lebih bangga dengan apa yang dimilikinya melalui Cultural
Performance yang dilakukan, kita semestinya tidak harus mengkerdilkan
kebudayaan daerah yang kita miliki saat ini. Dengan adanya pemahaman perbedaan
budaya ini diharapkan agar kelak masyarakat lokal di Indonesia maupun di
Australia dapat mengurangi miskomunikasi yang terjadi dikarenakan faktor
perbedaan budaya.
Bayu and the other participants were doing ADIK AIYEP in Mattone |
Selain
mendapatkan tujuan Cross Cultural Understanding, poin penting lain yang
sebenarnya membuat Cultural Performance menjadi penting adalah melahirkan
ikatan batin. Saat akan melakukan penampilan, ikatan batin antara performer
satu dengan performer lain sangatlah penting. Bagaimana cara kita memahami
kelemahan dan kelebihan satu sama lain, menyamakan ritme ketukan tempo di dalam
hati antar sesama peserta, berusaha mengkompakan gerakan, semangat, dan
lain-lain. Mengutip perkataan dari Andyka Putra (Alumni AIYEP tahun 2007), “Cultural
Performance bukan sekadar penampilan. Tapi bagaimana cara kalian
bertoleransi dengan satu sama lain, bagaimana cara kalian mengerti satu sama
lain, juga bagaimana cara kalian mendukung satu sama lain. Kemudian, kalian
akan menjadi paham dengan sesama. Dengan begitu, lahirlah sebuah ikatan yang
tidak hanya hadir disaat penampilan berlangsung, tetapi juga akan terbawa di
kehidupan kalian.” Begitulah kira-kira pesan yang diucapkan oleh bang Dika
sebelum semua peserta AIYEP 2014 berangkat menuju Australia.
Saya
secara personal sekarang semakin paham bahwa seni memang merupakan salah satu
cara yang ampuh untuk saling memahami satu sama lain. Hingga saat ini,
tarian-tarian saat program sangat membekas dihati. Ada kala ketika rindu dengan
program menyapa, hanya Cultural Performance kecil-kecilan di kamar
sendiri yang mampu mengobati rasa itu.
Itulah
alasan mengapa Cultural Performance menjadi bagian yang sangat penting
dari program ini. Tidak hanya untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia, tetapi
juga untuk meningkatkan kecintaan terhadap kebudayaan asli dari negeri sendiri,
melahirkan Cross Cultural Understanding antar peserta dari Indonesia
dengan Indonesia, peserta Indonesia dengan peserta Australia, peserta AIYEP
dengan masyarakat lokal (dari Indonesia dan Australia), dan untuk mempererat
hubungan antar sesama peserta (hingga batinya terikat).
The Happiness of Cultural Performance |
Bayu Tri Anugrah
AIYEP 2014
wow.. this is cool
ReplyDeletei hope i can be part of these moments..
Amin