The Essential Meaning of Cultural Performance

The Indonesian Participants of AIYEP 2014
                Dari semua program pertukaran pemuda lainnya dibawah naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga, bisa dikatakan bahwa Australia Indonesia Youth Exchange ProgramI (AIYEP) adalah pertukaran pemuda yang paling banyak memiliki Cultural Performance. Saya yakin kebanyakan orang yang mendengar pernyataan ini akan langsung berkata “ah, masa sih? Kan AIYEP fokusnya lebih ke magang.”
Awalnya pun saya berpikir demikian. Hingga saat semua peserta AIYEP bertemu di Jakarta dan mendapatkan materi tentang AIYEP, saya baru mengerti alasan mengapa AIYEP mengharuskan ada Cultural Performance satu kali dalam satu minggu.

                Jika dihitung dari panjang programnya, Cultural Performance yang dilakukan selama AIYEP berlangsung, mungkin ada sebanyak 12 kali Cultural Performance. 12 kali penampilan ini tidak terhitung dari Cultural Performance yang dilakukan di kunjungan-kunjungan institusi yang ada di Australia maupun Indonesia. Hitungan kotornya, sepanjang program akan ada sekitar 16 kali Cultural Performace setidaknya apabila ditambahkan dengan penampilan di kunjungan institusi. Meski AIYEP berfokus kepada magang karena hampir sekitar 60% kegiatan selama program berbentuk magang, namun pada dasarnya AIYEP menganggap bahwa Cultural Performance juga merupakan unsur yang sangat penting di dalam program ini.

                Mengapa Cultural Performance menjadi unsur penting di dalam AIYEP? Sebenarnya, ada maksud tersendiri yang menjadi landasan mengapa Cultural Performance harus dilakukan seminggu sekali. Alasannya adalah untuk mewujudkan tujuan awal dari program pertukaran pemuda itu sendiri, yaitu tercapainya Cross Cultural Understanding antara peserta Indonesia dengan Indonesia, Peserta Indonesia dengan peserta Australia, juga antara Seluruh peserta AIYEP dengan masyarakat lokal yang ada di Indonesia maupun di Australia.
Zapin Bangkahulu Dance from Bengkulu Province
                Indonesia memiliki begitu banyak kebudayaan. Dari Sabang sampai Merauke, jika harus dikalkulasikan, jumlah keberagaman budaya kita di Indonesia akan sangat banyak. Bahkan di satu provinsi yang ada di Indonesia, bisa memiliki begitu beragam budaya. Misalkan saja baju adat, rumah adat, tarian-tarian, bahasa, dan lain-lain. Mungkin di setiap provinsi malah memiliki lebih dari satu baju adat, lebih dari satu bahasa, dsb. Semua keberagaman itulah yang menjadi pencetus semboyan paling terkenal di Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Namun sebenarnya, apakah semua orang Indonesia sudah memahami makna dari Bhineka Tunggal Ika?
                Mungkin tidak seluruh warga Indonesia begitu mengimplementasikan makna dari Bhineka Tunggal ika itu sendiri, akan tetapi bisa dikatakan bahwa orang Indonesia sudah bisa sangat bertoleransi dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki antar tiap daerah. Namun yang menjadi kendala adalah tidak semua orang mengetahui semua kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun ketika menjalankan program, kita akan dipaksa untuk mengetahui juga meresapi kebudayaan-kebudayaan tiap daerah yang ada di Indonesia melalui Cultural Performance ini.

                Selama sepuluh hari di Pra Departure Training, semua peserta dari tiap provinsi akan mengajari satu sama lain untuk menarikan tarian dan menyanyikan lagu daerah dari daerah mereka masing-masing. Sejak itu, kita akan benar-benar merasakan betapa kayanya Indonesia secara nyata. Alasannya karena kita tidak hanya menjadi penonton dari penampilan seni tersebut, tapi kita juga dituntut untuk ikut berperan didalamnya, dengan memahami dan menjiwai makna dari tiap penampilan tersebut. Orang Sumatra dan Jawa yang tariannya lebih banyak menggunakan tangan harus belajar bagaimana cara menarikan tarian dari papua dan Maluku yang lebih banyak menggunakan kaki. Begitu pula sebaliknya, orang Papua dan Maluku yang lebih banyak menggerakan kaki di dalam tariannya juga harus belajar bagaimana cara menarikan tarian-tarian dari wilayah barat Indonesia yang lebih banyak menggunakan tangan. Begitu pula dengan tarian-tarian yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan daerah-daerah lain dari Indonesia. Semuanya akan dipelajari bersama. Dengan demikian, Cross Cultural Understanding yang pertama telah tercapai, yaitu lahirnya pemahaman di dalam pikiran peserta Indonesia mengenai arti Bhineka Tunggal Ika yang sesungguhnya, terutama di bidang seni dan budaya itu sendiri.

                Ketika sampai di fase Indonesia, Cultural Performance akan dilakukan bersama dengan peserta dari Australia. Artinya, peserta Indonesia juga harus berusaha mengajarkan peserta Australia bagaimana cara menarikan tarian Indonesia. Selain itu, peserta dari Indonesia pun juga harus mempelajari bagaimana cara menarikan tarian dari Australia yang diajarkan oleh peserta dari Australia.         
Saman Dance by AIYEP participants
                Dengan adanya Cultural Performance yang dilakukan bersama antara peserta Indonesia dan Australia, maka tercapai tujuan Cross Cultural Understanding yang diharapkan tadi, yaitu antara peserta dari Indonesia dengan peserta dari Australia. Dengan adanya pemahaman tersebut, diharapkan agar kelak hubungan yang terjalin antara peserta AIYEP ini dapat meredam hubungan buruk antara Indonesia dengan Australia apabila suatu waktu terjadi permasalahan. Karena Cultural Performance yang dilakukan dalam program bisa dibilang intens (karena dilakukan setiap seminggu sekali), maka pemahaman mengenai budaya masing-masing negara antar sesama peserta AIYEP pun menjadi semakin kuat.

                    Cultural Performance di AIYEP berlangsung pada hari senin setiap minggu. Bentuk dari Cultural Performance yang dilakukan bersama antara peserta Indonesia dan Australia selama di fase Indonesia ini, tidak jauh berbeda dengan Cultural Performance yang dilakukan oleh peserta Indonesia selama fase Australia. Peserta akan mengatur Round Down penampilan untuk tiap minggu. Setelah itu, peserta akan melakukan Cultural Performance di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi. Di dalam satu hari, biasanya peserta AIYEP akan melakukan 2 kali Cultural Performance di tempat yang berbeda.

                Dengan adanya penonton (masyarakat lokal) saat Cultural Performance berlangsung, maka Cross Cultural Understanding yang selanjutnya pun terjadi antara peserta dengan masyarakat lokal. Karena Cultural Performance ini dilakukan oleh “bule” (saat di fase Australia, peserta Indonesia juga bisa disebut bule toh?), maka antusiasme penonton untuk memperhatikan penampilan tersebut dengan hikmat menjadi sangat tinggi. Penonton-penonton tersebut juga menjadi sangat ingin mempelajari lebih dalam mengenai penampilan yang peserta lakukan. Dengan adanya penampilan ini sendiri, masyarakat Australia menjadi semakin paham bahwa Indonesia tidak hanya Bali saja. Dengan adanya penampilan ini juga masyarakat Indonesia menjadi semakin mengerti kebudayaan Australia yang sangat berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Ditambah lagi, masyarakat Indonesia diharapkan menjadi lebih bangga dengan apa yang dimilikinya melalui Cultural Performance yang dilakukan, kita semestinya tidak harus mengkerdilkan kebudayaan daerah yang kita miliki saat ini. Dengan adanya pemahaman perbedaan budaya ini diharapkan agar kelak masyarakat lokal di Indonesia maupun di Australia dapat mengurangi miskomunikasi yang terjadi dikarenakan faktor perbedaan budaya.
Bayu and the other participants were doing ADIK AIYEP in Mattone
             Selain mendapatkan tujuan Cross Cultural Understanding, poin penting lain yang sebenarnya membuat Cultural Performance menjadi penting adalah melahirkan ikatan batin. Saat akan melakukan penampilan, ikatan batin antara performer satu dengan performer lain sangatlah penting. Bagaimana cara kita memahami kelemahan dan kelebihan satu sama lain, menyamakan ritme ketukan tempo di dalam hati antar sesama peserta, berusaha mengkompakan gerakan, semangat, dan lain-lain. Mengutip perkataan dari Andyka Putra (Alumni AIYEP tahun 2007), “Cultural Performance bukan sekadar penampilan. Tapi bagaimana cara kalian bertoleransi dengan satu sama lain, bagaimana cara kalian mengerti satu sama lain, juga bagaimana cara kalian mendukung satu sama lain. Kemudian, kalian akan menjadi paham dengan sesama. Dengan begitu, lahirlah sebuah ikatan yang tidak hanya hadir disaat penampilan berlangsung, tetapi juga akan terbawa di kehidupan kalian.” Begitulah kira-kira pesan yang diucapkan oleh bang Dika sebelum semua peserta AIYEP 2014 berangkat menuju Australia.

            Saya secara personal sekarang semakin paham bahwa seni memang merupakan salah satu cara yang ampuh untuk saling memahami satu sama lain. Hingga saat ini, tarian-tarian saat program sangat membekas dihati. Ada kala ketika rindu dengan program menyapa, hanya Cultural Performance kecil-kecilan di kamar sendiri yang mampu mengobati rasa itu.

          Itulah alasan mengapa Cultural Performance menjadi bagian yang sangat penting dari program ini. Tidak hanya untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia, tetapi juga untuk meningkatkan kecintaan terhadap kebudayaan asli dari negeri sendiri, melahirkan Cross Cultural Understanding antar peserta dari Indonesia dengan Indonesia, peserta Indonesia dengan peserta Australia, peserta AIYEP dengan masyarakat lokal (dari Indonesia dan Australia), dan untuk mempererat hubungan antar sesama peserta (hingga batinya terikat).

The Happiness of Cultural Performance



Bayu Tri Anugrah
AIYEP 2014

1 comment:

  1. wow.. this is cool
    i hope i can be part of these moments..
    Amin

    ReplyDelete

Pages