“Jangan
pernah tanyakan apa yang negara ini berikan untukmu, tanyakan kepada dirimu apa
yang bisa kau berikan untuk negara ini” – John F Kennedy
Kalimat
patriotik di atas adalah pengiring perjalanan panjang saya menemukan arti sebuah
perjuangan dan rasa cinta terhadap negeri. Saya tidak pernah menyangka bahwa
Tuhan akan memberikan anak seorang pedagang dan broken home ini, kesempatan untuk bisa menjelajahi salah satu
tempat termashyur di bagian Asia timur. Ya, negeri itu bernama India. Tidak
main-main kesempatan ini bukanlah sebuah liburan atau hanya sekedar berkunjung
dan jalan-jalan, tapi kali ini saya berangkat membawa nama baik Provinsi
Bengkulu dan Indonesia. Tentu, hal ini menjadi sangat sakral, karena program
ini memiliki tujuan untuk mendelegasikan
pemuda pilihan terbaik dari provinsinya masing-masing dan merepresentasikan
Indonesia di mata internasional. Tidak pernah terpikir bahwa rasanya menjadi
bagian dari program ini akan begitu sangat mengharukan.
Saya
terpilih menjadi delegasi dari provinsi Bengkulu dalam program AISEP
(ASEAN-India Students Exchange Program) 2017 berangkat bersama 23 delegasi dari
provinsi lainnya. Memang, perjalanan singkat program AISEP hanya berjalan dalam
waktu 10 hari. Namun, selama 10 hari disana banyak hal yang telah kami
pelajari. Mengunjungi 4 kota besar di India, yakni Mumbai-Pune-Agra-New Delhi
adalah kesempatan yang mungkin tidak akan pernah terjadi lagi dalam hidup saya.
Terlebih bagi saya sendiri, setiap kota yang saya kunjungi memiliki ceritanya
tersendiri dan kenangan serta pembelajaran yang tidak pernah akan saya lupakan.
Perjalanan
saya dimulai dari kota Mumbai, saya berkunjung ke IES Management College and
Research Centre (MCRC), Godrej and Boyce Manufacturing Company, dan Whistling
Wood International (WWI), serta Bombai Stock Exchange. Tempat pertama yang kami
kunjungi adalah Godrej and Boyce Manufacturing Company. Ini adalah kali pertama
dalam hidup saya langsung menyaksikan proses pembuatan produk di pabrik sebesar Godrej. Godrej merupakan perusahaan gembok pada awalnya, namun telah berkembang
pesat dan berekspansi sampai menyediakan produk untuk keperluan rumah tangga
hingga kebutuhan
industri penerbangan dan luar angkasa. Namun hal yang paling menarik dari Godrej adalah mayoritas pekerja mereka adalah pemuda, dan tempat bekerja mereka
adalah ruangan yang atapnya belum selesai, dimana hal itu memiliki makna bahwa
mereka tidak berorientasi pada hasil tapi proses, dan ide itu akan selalu
muncul ketika kita ingin selalu berproses. Lalu, hal unik kedua yang saya
temukan adalah ketika berkunjung ke IES Management College and Research Centre, universitas ini tergolong kecil,
tapi untuk pencapaian dan kualitas pendidikan IES MCRC tidak bisa dianggap
remeh. Saya sangat menyukai cara mahasiswa IES menyambut kami dengan sangat
ramah, dan ada hal yang menurut saya baru sekali di IES, yakni ketika acara
penyambutan semua teratur dengan sedemikian rupa dan mereka mengemas acara
formal tersebut ke dalam sebuah cerita, sehingga
membuat seluruh peserta AISEP terkesima dan merasa bahagia.
Saya juga mempelajari banyak hal
tentang film dan industri ketika berkunjung ke Whistling Wood International
(WWI). Institusi ini merupakan tempat dimana para pemuda berkuliah dan belajar
banyak hal yang menyangkut tentang film dan industrinya, termasuk
cinematografi, desain, dan hal lainnya. Tapi satu hal yang menjadi kunci utama
yang saya amati selama di WWI, hal itu adalah Passion. Passion atau keinginan dan kecintaan kita terhadap sesuatu
apabila itu ditekuni akan menjadi sebuah karya yang luar biasa. Semua itu
terbukti kalau perindustrian film India sangat terkenal seantero dunia. Bahkan
keahlian berakting para artisnya juga sangat mumpuni. Maka inilah hal yang
seharusnya anak muda Indonesia khususnya miiliki.
Perjalanan
kedua saya adalah mengunjungi kota Pune. Pune adalah kota yang dijuluki sebagai
Oxford dari timur, karena banyaknya jumlah universitas terutama dalam bidang
teknik dibandingkan dengan kota manapun di dunia. Di Pune saya mengunjungi
Symbiosis International University dan Zamil Steel Company. Saat berkunjung ke
Symbiosis International University, hal yang paling menakjubkan adalah
universitas ini didirikan dengan rasa kekeluargaan dan keperdulian terhadap
sesama. Saya melihat pengajar disana sangat berkualitas namun rendah hati.
Universitas ini juga menyediakan banyak beasiswa untuk pelajar internasional
yang ingin merasakan atmosfer belajar di India. Tapi hal yang paling
menyenangkan saat di Symbiosis adalah saat kami mendapatkan tur kampus dan
diakhir sesi kami diberikan kesempatan untuk melakukan permainan bersama. Ada
satu permainan yang sangat berkesan bagi saya selama disana, yakni permainan
trafic light. Di sini kami diajarkan bagaimana caranya memecahkan masalah
dan mencari cara agar orang-orang yang berseberangan bisa berpindah dan
bertukar tempat dengan aturan tertentu. Tim saya gagal saat memainkan ini, tapi
kami belajar bahwa, hidup itu akan selalu terbentur dengan masalah, gagal
adalah hal yang wajar, tapi bagaimana kita terus bangkit itu adalah hal yang
sangat penting. Selain permainan itu, kami diajarkan bagaimana caranya juga
bekerja sama dalam tim dan tidak menjadi egois.
Perjalanan
saya berlanjut ke Agra dan New Delhi. Tapi, New Delhi adalah tempat paling
berkesan untuk saya. Kami mengunjungi Taj Mahal, Humayun’s Tomb, Sona Koyo
Company, Anchaal Special School dan Amity University. Semua tempat sangatlah
membahagiakan bagi saya ketika berada di New Delhi dan Agra. Tapi ada tiga
tempat yang menjadi kontemplasi diri bagi saya, tempat yang begitu menampar
saya bahwa saya belum banyak memberikan kontribusi dan juga tempat yang telah
membuat saya lebih banyak bersyukur. Ketiga tempat itu adalah Taj Mahal, Sona
Koyo Company, dan Anchaal Special School.
Taj
Mahal adalah mimpi saya semasa kecil. Ketika pertama kali saya menginjakkan
kaki di atas Taj Mahal, tak henti-hentinya rasa syukur yang keluar dari mulut
saya dan haru pun pecah. Saya bersama Nanda (delegasi dari Sulawesi Barat),
saat itu kami berdua merasa sangat bersyukur bisa berpijak di tempat yang
selalu kami impikan sejak kecil ini, tak terelakkan tangis pun mengiringi ucapan
rasa syukur kami. Tak pernah saya bayangkan bahwa, mimpi masa kecil saya
terwujud setelah belasan tahun saya mendambakannya. Setelah banyak kegagalan
yang menghampiri saya, dan setelah banyaknya tertawaan dan cemooh yang saya
alami ketika saya bermimpi untuk bisa sampai ke Taj Mahal ini. Seketika saya
tersadar bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini saat kita mau bermimpi lebih
jauh, lebih besar, dan lebih banyak. Lalu, kita berusaha mewujudkannya.
Tempat
kedua yang bersejarah bagi saya adalah Sona Koyo Company. Perusahan ini
bergerak di bidang presisi. Tapi, lebih dari itu perusahaan ini adalah rumah
bagi setiap orang. Sosok yang mengajarkan saya dan menampar saya bahwa selama
ini saya masih banyak mengeluh adalah Ibu Gayatri. Dia sudah seperti ibu bagi
kami, dan sosok yang sangat luar biasa. Satu kalimatnya yang terus terngiang
dibenak saya adalah “Hang in There”. Bahwa kalimat ini punya kekuatan, ketika
sesulit apapun masalah kalian, seberat apa yang sedang kalian hadapi, dan
seburuk apa pilihanmu yang telah kau ambil. Jangan pernah memilih untuk pergi
atau lari, tapi tetaplah “hang in there” atau bertahan disana dan katakan pada
dirimu; semuanya akan baik-baik saja. Hal ini sangatlah berkesan pada setiap
hati peserta yang berada di ruangan itu termasuk saya. Dan hal lainnya yang membuat Sona sangat berkesan adalah bahwa perusahaan ini lebih mementingkan manusianya daripada produknya,
mereka lebih mementingkan menciptakan suasana kerja dan lingkungan yang mampu
membuat pekerjanya merasa bahagia dan nyaman. Maka ketika itu sudah tercapai,
produksi dan hasil pun akan ikut lebih baik.
Tempat
terakhir yang menurut saya paling spesial di antara tempat lainnya selama saya
program adalah Anchaal Special School. Sekolah ini adalah tempat yang paling
menampar saya, menyadarkan saya bahwa saya belum mampu memberikan apa-apa untuk
negeri ini, bahkan untuk diri sendiri saya masih sangatlah lemah. Apa yang spesial dari sekolah ini?
Ini adalah sekolah di mana semua muridnya adalah anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Tapi di balik keterbatasan mereka tersebut apakah mereka menyerah?
Jawabannya adalah Tidak. Bahkan anak di sekolah ini mampu melakukan banyak hal yang terkadang sulit
dilakukan oleh orang biasa. Anaka-anak di Anchaal Spesial School mampu
menjahit, membuat kerajinan tangan kriya, dan menggambar dengan baik. Bahkan
mereka mampu menari layaknya artis Bollywood. Hal ini membuat saya berkontemplasi, bahwa seburuk apapun
kondisi kita, dan mau bagaimanapun keadaan fisik dan mental kita. Kita tetap
bisa melakukan apapun. Semangat anak-anak dan guru di Anchaal School membuat
saya hanya mampu terdiam dan tersenyum kecut. Bukan karena saya prihatin
terhadap mereka tapi saya prihatin terhadap diri saya. Saya telah mengaku
sebagai duta bangsa, tapi kontribusi saya kepada orang-orang di sekitar saya
masih sangatlah minim. Saya mengaku ingin mengubah dunia lebih baik bagi orang
lain, tapi semangat saya masih belum bisa dibandingkan dengan anak-anak di sekolah
ini. Dan saya telah mengaku bahwa saya terus merasa kekukarangan, tapi pada
dasarnya saya hanya lupa untuk bersyukur.
AISEP
telah menjadi catatan bersejarah bagi saya, menjadi momen berharga yang hidup
dalam sanubari saya sebagai anak negeri, dan memberikan saya satu pandangan
hidup untuk memaknai perjuangan dan cinta terhadap negeri. AISEPTOPEDIA ini merupakan satu catatan perjalanan yang ingin
saya bagikan, memang rasanya tak cukup hanya tertuang dalam tulisan pada
lembaran kertas. Tapi biarlah ini menjadi penyambung lidah saya atas
keterbatasan waktu dan kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman sekalian.
Terakhir,
saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan lagu singkat yang telah berhasil membuat
saya larut dalam haru ketika program dan satu sajak yang saya tulis sendiri
untuk mengingatkan bahwa bangsa ini butuh kita sebagai pemudanya untuk
berkontribusi.
Padamu Negeri, Kami
Berjanji.
Padamu Negeri, Kami
Berbakti.
Padamu Negeri, Kami
Mengabdi.
Bagimu Negeri, Jiwa
Raga Kami.
#SajakNegeri
Bagimu
Negeri, Jiwa Raga Kami.
Bagimu
Negeri, Jiwa Raga Kami.
Sejauh
apapun dirimu pergi, sejauh apapun kakimu melangkah mengitari belahan bumi.
Ada
satu kasih yang selalu menanti, Ibu pertiwi yang ingin selalu engkau kembali.
Saat
bangsa ini telah merestui, untuk membiarkanmu mencari arti dan makna diri.
Jangan
pernah sekali kali, engkau lupa bahwa jiwa ragamu tetaplah milik bangsa ini.
Alheru Akbar
AISEP 2017
No comments:
Post a Comment