Pada artikel sebelumnya, saya sudah membahas mengenai kegiatan utama yang saya dan delegasi lain lakukan selama berada di China. Nah, sekarang saya akan menceritakan kelanjutan fase program ini, yaitu diskusi dan interaksi dengan pemuda lokal. Selama program, saya berkenalan dengan 3 orang LO dan 2 orang penanggung jawab kegiatan (baca : ketua panitia) dari pihak All China Youth Federation. Namun yang akan saya fokuskan kali ini adalah cerita mengenai salah salah satu pemuda lokal yang manjadi LO di bus saya.
Namanya adalah Xiong Yue, dia adalah mahasiswi jurusan Sastra Indonesia di Beijing Foreign University alias BFU. Xiong Yue sudah suka dan cinta dengan Indonesia semenjak ia menginjak bangku kuliah. Dia berpendapat kalau Indonesia adalah negara yang sangat indah dan kaya. Xiong Yue juga pernah melakukan program magang selama satu tahun di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2014. Teman-teman bisa menebak bahwa Xiong Yue sangat mahir berbahasa Indonesia. Selain menjadi LO, ia juga membantu kami dalam menawar barang-barang mahal ketiga berbelanja di Beijing dan Ghuangzhou. Selama satu tahun di Indonesia, Xiong Yue diberikan nama Indonesia oleh ibu angkatnya, yaitu Mustika yang merupakan arti dari nama aslinya Xiong. Sekilas tentang Xiong Yue, semoga dapat memberikan gambaran kepada teman-teman bahwa banyak orang asing yang sangat mencintai Indonesia, dan kita sebagai putera dan puteri bangsa ini sudah sepatutnya lebih mencintai dan berkontribusi kepada Indonesia.
Satu bagain lagi yang ingin saya ceritakan, yaitu penampilan Budaya alias Cultural Perfromance! Kegiatan ini merupakan andalan setiap program pertukaran. Delegasi kami yang memiliki 86 pemuda dipecah menajadi 3 grup, yaitu grup tari, grup beladiri, dan grup paduan suara. Saat itu, saya masuk ke bagian grup tari manjadi salah satu performer di Tari Saman. Karena sudah dilatih oleh kakak-kakak PCMI Bengkulu sebelumnya, jadi untuk menyamakan gerakan dan irama tidak terlalu sulit dan setiap penampilan bisa kami lewati dengan hasil memuaskan. Dari pihak All China Youth Federation juga tidak mau kalah turut menampilkan kekayaan budaya mereka. Mulai dari penampilan alat musik tradisional Tiongkok, hingga tarian tradisional setempat yang dibawakan oleh pemuda dan anak-anak. Sungguh sebuah momen yang sangat luar biasa.
Satu bagain lagi yang ingin saya ceritakan, yaitu penampilan Budaya alias Cultural Perfromance! Kegiatan ini merupakan andalan setiap program pertukaran. Delegasi kami yang memiliki 86 pemuda dipecah menajadi 3 grup, yaitu grup tari, grup beladiri, dan grup paduan suara. Saat itu, saya masuk ke bagian grup tari manjadi salah satu performer di Tari Saman. Karena sudah dilatih oleh kakak-kakak PCMI Bengkulu sebelumnya, jadi untuk menyamakan gerakan dan irama tidak terlalu sulit dan setiap penampilan bisa kami lewati dengan hasil memuaskan. Dari pihak All China Youth Federation juga tidak mau kalah turut menampilkan kekayaan budaya mereka. Mulai dari penampilan alat musik tradisional Tiongkok, hingga tarian tradisional setempat yang dibawakan oleh pemuda dan anak-anak. Sungguh sebuah momen yang sangat luar biasa.
Setelah melakukan cultural performance |
Re-Entry and Evaluation Phase
Fase ini adalah bagian terakhir dari IChYEP 2015. Seperti namanya, fase ini merupakan tempat kami berpisah sekaligus menyampaikan berbagai masukan untuk pihak Kemempora RI. Sesampainya di Indonesia, saya merasakan ada kekosongan yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan saya. Sepuluh hari yang telah saya lewati serasa hanya mimpi karena sama sekali tidak terasa jalannya waktu telah sampai ke penghujung prosesnya. Ditambah lagi sedihnya perpisahan dengan keluarga baru dan harunya melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya menjadi pelengkap perjalan saya kali ini. Terima kasih IChYEP 2015, terima kasih Indonesia!
Alfonsus Adrian
IChYEP 2015
No comments:
Post a Comment