Febrian and his homestay mate (Myanmar PY) with their host family in Brunei Darussalam |
Set sail perdana dimulai dari Jepang pada 7 November 2015 dengan negara tujuan pertama adalah The Adobe of Peace, Brunei Darussalam. Sesampainya di Brunei Darussalam, tepatnya di distrik
Muara, kami memiliki beberapa jadwal kegiatan, seperti Institutional Visit by DG dan Welcoming Dinner. Setelah selesai dengan itu, kami pun dipertemukan dengan keluarga angkat kami selama berada di Brunei Darussalam. Orangtua angkat saya merupakan keluarga yang sederhana. Dengan 4 orang adik angkat, kami (saya dan homestay mate saya asal Myanmar) tinggal di sebuah rumah tak jauh dari ibu kota, Bandar Seri Begawan. Ibu angkat saya merupakan exPY kontingen Brunei Darussalam pada tahun 1985. Dan ayah angkat saya merupakan seorang tentara Brunei Darussalam. Kami diperlakukan layaknya anak mereka sendiri, berdiskusi seputar keunikan negeri kami masing-masing, budaya, makanan, dan banyak hal lain. Kami pun sempat mengunjungi kakek-nenek angkat kami yang tinggal di Distrik Temburong (sekitar 2 jam dari Bandar Seri Begawan). Hari itu, hari Jumat, saya berkesempatan solat Jumat di salah satu mesjid kecil, namun luar biasa bagus di sana. Bercerita kesamaan budaya dan lain-lain bersama kakek-nenek. Kami bertindak layaknya seorang anak mereka juga selama homestay. Kami ikut membantu memasak, mencuci piring, menjemput adik-adik ke sekolah dan bermain bersama mereka. Pengalaman makan makanan khas Brunei Darussalam, mengunjungi tempat-tempat terbaik di Bandar Seri Begawan, pokoknya bisa dikatakan
Selesai dengan Brunei Darussalam, kami berlayar menuju Kingdom of Wonder, Cambodia. Berlabuh di provinsi paling selatan Kamboja, Sihanoukville kami menempuh 4 jam perjalanan darat menuju ibukota, Phnom Penh. Sebelum ke Phnom Penh kami pun menghabiskan waktu seharian di Sihanoukville, dan photo session angkatan 41 di pinggir pantai Sokha Beach. Di Phnom Penh kami melakukan Courtesy Call di Peace Palace dan mendapat sambutan dari Perdana Menteri Kamboja, Mr. Samdech Hun Sen, sebab untuk pertama kalinya SSEAYP mengadakan country program di Kamboja. Semua terasa sangat mewah dan istimewa selama Country Program Kamboja. Setelah melakukan homestay matching ceremony di Koh Pich Island Theater, kami pun pulang ke rumah orang tua angkat kami masing-masing. Kali ini homestay mate saya berasal dari Singapura. Keluarga angkat saya bisa dikatakan keluarga yang berada. Ayah angkat saya seorang polisi Kamboja, dan ibu saya memilki rumah makan di lantai 1 rumah kami. Sayangnya orang tua angkat saya tidak bisa berbahasa inggris, jadi kami berdiskusi melalui kaka dan adik angkat saya. Yup, kami pun diajak berkeliling Phnom Penh bersama Kakak angkat saya. Belanja souvenir menggunakan tuktuk, mengunjungi Istana Kerajaan Kamboja, makan-makanan Kamboja. Yes! Saya sangat bersyukur lidah saya bisa menerima berbagai makanan. Bahkan makanan Kamboja terasa sangat enak di lidah saya, sampai dibilang.. “You are so Khmer!” (Khmer: orang Kamboja). Meskipun kakak angkat saya selalu bertanya “What do you want to eat for Lunch? We can have a lunch at a cafe if you want.” Tapi dengan yakin saya menjawab, “Mom is selling Khmer food right? It would be better if we have Khmer food for lunch! And having a lunch with Mom is also a very good idea i guess! hehe” hmm..so.. Cambodian right?
Muhammad Febrian Fahmi
SSEAYP 2014
Muara, kami memiliki beberapa jadwal kegiatan, seperti Institutional Visit by DG dan Welcoming Dinner. Setelah selesai dengan itu, kami pun dipertemukan dengan keluarga angkat kami selama berada di Brunei Darussalam. Orangtua angkat saya merupakan keluarga yang sederhana. Dengan 4 orang adik angkat, kami (saya dan homestay mate saya asal Myanmar) tinggal di sebuah rumah tak jauh dari ibu kota, Bandar Seri Begawan. Ibu angkat saya merupakan exPY kontingen Brunei Darussalam pada tahun 1985. Dan ayah angkat saya merupakan seorang tentara Brunei Darussalam. Kami diperlakukan layaknya anak mereka sendiri, berdiskusi seputar keunikan negeri kami masing-masing, budaya, makanan, dan banyak hal lain. Kami pun sempat mengunjungi kakek-nenek angkat kami yang tinggal di Distrik Temburong (sekitar 2 jam dari Bandar Seri Begawan). Hari itu, hari Jumat, saya berkesempatan solat Jumat di salah satu mesjid kecil, namun luar biasa bagus di sana. Bercerita kesamaan budaya dan lain-lain bersama kakek-nenek. Kami bertindak layaknya seorang anak mereka juga selama homestay. Kami ikut membantu memasak, mencuci piring, menjemput adik-adik ke sekolah dan bermain bersama mereka. Pengalaman makan makanan khas Brunei Darussalam, mengunjungi tempat-tempat terbaik di Bandar Seri Begawan, pokoknya bisa dikatakan
at the Russian Market, Phnom Penh |
saya sangat beruntung mendapatkan mereka sebagai orang tua angkat saya. (NB: Brunei Darussalam terkenal dengan harga bensin yang murah dan harga mobil yang murah pula, bisa dikatakan, setiap orang dewasa di Brunei Darussalam memiliki 1 unit mobil atau bahkan lebih. Tidak heran walaupun keluarga saya terbilang sederhana, namun mereka memiliki 2 unit mobil di rumahnya. Itulah mengapa saya berkesempatan berkendara dengan kedua mobil tersebut.)
Selesai dengan Brunei Darussalam, kami berlayar menuju Kingdom of Wonder, Cambodia. Berlabuh di provinsi paling selatan Kamboja, Sihanoukville kami menempuh 4 jam perjalanan darat menuju ibukota, Phnom Penh. Sebelum ke Phnom Penh kami pun menghabiskan waktu seharian di Sihanoukville, dan photo session angkatan 41 di pinggir pantai Sokha Beach. Di Phnom Penh kami melakukan Courtesy Call di Peace Palace dan mendapat sambutan dari Perdana Menteri Kamboja, Mr. Samdech Hun Sen, sebab untuk pertama kalinya SSEAYP mengadakan country program di Kamboja. Semua terasa sangat mewah dan istimewa selama Country Program Kamboja. Setelah melakukan homestay matching ceremony di Koh Pich Island Theater, kami pun pulang ke rumah orang tua angkat kami masing-masing. Kali ini homestay mate saya berasal dari Singapura. Keluarga angkat saya bisa dikatakan keluarga yang berada. Ayah angkat saya seorang polisi Kamboja, dan ibu saya memilki rumah makan di lantai 1 rumah kami. Sayangnya orang tua angkat saya tidak bisa berbahasa inggris, jadi kami berdiskusi melalui kaka dan adik angkat saya. Yup, kami pun diajak berkeliling Phnom Penh bersama Kakak angkat saya. Belanja souvenir menggunakan tuktuk, mengunjungi Istana Kerajaan Kamboja, makan-makanan Kamboja. Yes! Saya sangat bersyukur lidah saya bisa menerima berbagai makanan. Bahkan makanan Kamboja terasa sangat enak di lidah saya, sampai dibilang.. “You are so Khmer!” (Khmer: orang Kamboja). Meskipun kakak angkat saya selalu bertanya “What do you want to eat for Lunch? We can have a lunch at a cafe if you want.” Tapi dengan yakin saya menjawab, “Mom is selling Khmer food right? It would be better if we have Khmer food for lunch! And having a lunch with Mom is also a very good idea i guess! hehe” hmm..so.. Cambodian right?
All PYs from the 41st batch of SSEAYP had a photo session at Sokha Beach, Sihanoukville |
Muhammad Febrian Fahmi
SSEAYP 2014
No comments:
Post a Comment