Heart of Japan

           


           Banyak orang bilang bahwa Jepang merupakan negara yang harus dikunjungi setidaknya sekali dalam seumur hidup kita. Dan saya sangat setuju dengan pendapat tersebut. Jepang memiliki banyak sekali keunikan dan nilai-nilai yang dapat kita pelajari dan maknai dalam kehidupan kita. Beruntungnya saya, salah satu negara yang wajib dikunjungi oleh Participating Youth (PY) untuk program The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) adalah Jepang. Jepang merupakan negara dimana Indonesian Participating Youth (IPY) bertemu dengan PY-PY lain dari seluruh negara di ASEAN dan Jepang. Jepang juga merupakan negara dimana saya dan ke-330 PY's memulai perjalanan yang kami sebut dengan once in life time.
   Pada tanggal 23 Oktober 2017 pada pukul 1 siang, pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi mendarat di Bandar Udara Haneda, Tokyo, Jepang. Setelah tiba di Tokyo, kami langsung pergi mengunjungi Cabinet Office untuk melakukan orientasi dan setelah itu kami langsung bergegas menuju hotel. The New Otani Hotel, merupakan hotel bintang 5 yang teletak di daerah Chiyoda-ku Tokyo, menjadi saksi bisu dimulainya perjalanan saya. Dan di hotel inilah, kami para Participating Youth (PY), berjumpa dan berkenalan satu sama lain untuk pertama kalinya.

(Saat berada di salah satu taman The New Ottani Hotel)

 Kegiatan kami dimulai dengan acara Welcome reception dan Inauguration ceremony yang dihadiri oleh The Minister of State. Acara tersebut merupakan acara resmi kenegaraan yang dibuka langsung oleh The Minister of State.  Ada hal unik yang saya alami di acara tersebut yang juga merupakan pengalaman perdana bagi saya. Hal tersebut adalah “Kampai!” atau yang kita kenal sebagai bersulang atau cheers. Kampai adalah kata dari Bahasa Jepang yang sering digunakan oleh orang-orang Jepang untuk merayakan sesuatu. Biasanya mereka bersulang atau “Kampai” dengan menggunakan Sake. Ketika itu semua peserta secara bersama-sama meneriakan kata ‘Kampai’ sebagai tanda dibukanya program the 44th SSEAYP tahun 2017 secara resmi. Walaupun pada saat itu “kampai” yang kami lakukan menggunakan ice green tea, namun kami sangat antusias dan semangat untuk bersulang dengan sesama peserta. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan foto bersama dan menikmati jamuan makan siang secara standing party.

(Ketika Foto bersama dengan The Prime Minister of State saat Welcome Reception)

 (Bersama Patung Hachiko di Shibuya Street)

Keseruan kami selanjutnya dimulai dengan Country Program Jepang dimana kami secara berkelompok akan pergi ke masing-masing prefecture di Jepang. Saya tergabung dalam kelompok atau yang lebih dikenal sebagai Solidarity Group (SG) F. SG F merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 30 PY’s yang berasal dari seluruh negara ASEAN dan Jepang. SG F mendapatkan kesempatan untuk pergi ke prefecture Nagano untuk melaksanakan kegiatan Country Program.
Kami pergi ke Nagano menggunakan Shinkasen, yang merupakan kereta api tercepat di dunia. Waktu yang ditempuh dari Tokyo menuju Nagano hanya memerlukan waktu 2,5 jam dengan menggunakan Shinkansen. Bagi saya waktu 2,5 jam Tokyo – Nagano sungguh sangat tidak terasa karena selama diperjalanan akan disuguhkan pemandangan yang sangat indah diiringi dengan obrolan hangat dengan PY’s tentang kehidupan, negara, dan budaya mereka masing-masing.

(Perjalanan menuju Nagano)
Ketika sampai di Nagano, kesan pertama kali yang saya rasakan adalah dingin. Ya! Nagano kala itu sangat dingin bagi saya. Padahal ketika itu masih musim gugur. Namun, dinginnya Nagano ketika itu tertutupi dengan hangatnya sambutan yang diberika oleh panitia lokal yang menyambut kami ketika sampai. Mereka sangat ramah, murah senyum, dan tentunya sangat sopan. Mereka menyambut kami layaknya keluaga sendiri. Nagano tidak seperti Tokyo yang metropolitan dan ramai dengan orang. Namun Nagano sangat damai dan tentram. Hal ini merupakan kesan pertama saya ketika menginjakan kaki di Nagano, selain dingin tentunya hehehe.


(Ketika disambut dengan hangat dengan Panitia Lokal Prefecture Nagano)

(Saat Welcome Party di Nagano)

Perjalanan menjelajahi Nagano dimulai dengan mengunjungi Zenkoji Temple. Zenkoji Temple ini merupakan kuil terbesar dan bersejarah yang ada di Nagano. Kuil ini didirikan sekitar abad ke-7 masehi. Kuil Budha ini merupakan landmark kota Nagano dan sangat terkenal. Banyak sekali wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang mengunjungi kuil ini untuk sembahyang maupun sebagai tempat wisata. Salah satu yang unik di kuil ini adalah adanya terowongan yang sangat gelap dan didalamnya terdapat "gembok surga" yang barang siapa menemukan dan memegangnya, maka orang itu akan dimudahkan dalam menuju surga. Dalam pencarian gembok itu, kita tidak diperbolehkan menggunakan cahaya sedikit pun. Sehingga dalam menelusuri terowongan itu harus dalam keadaan gelap gulita. Ketika saya dan teman-teman menyusuri terowongan tersebut, kami berhasil menemukan "gembok surga" tersebut. Kami semua sangat gembira karena siapa sih yang tidak mau ke surga hehehe.

(Foto bersama di depan Zenkoji Temple)

Disepanjang jalan menuju kuil ini terdapat banyak sekali toko-toko yang menjual makanan, minuman, dan  kerajinan tangan khas Nagano. Ketika itu selain mengunjungi Zenkoji, kami  juga berkesempatan untuk mengunjungi salah satu toko kerajinan tangan yang ada disana dan membuat kaleidoscope sebagai kenang-kenangan dari Zenkoji Temple.

(membuat kaleidoscope sebagai kenang-kenangan dari Zenkoji Temple)

Perjalanan selanjutnya yaitu mengunjungi salah satu rumah tradisional yang ada di Nagano. Di dalam kunjungan kami ini, sang pemilik rumah menyambut dan menyuguhi kami makanan-makanan khas Jepang yang semua makanan tersebut adalah hasil buatan mereka sendiri. Bentuk dan ruang-ruang pada rumah tradisional tersebut pun rapi, bersih, dan sangat identik dengan Jepang. Kami sungguh sangat menikmati kenyamanan dan kehangatan dari rumah tersebut. Rumah yang telah dibangun sejak tahun 1800an ini dihuni oleh 6 anggota keluarga dimana terdapat 4 orang kakak beradik yang sudah berumur lebih kurang 80 tahun dan mereka semua masih sehat dan bugar. Ya! Salah satu keunikan dari Nagano adalah memiliki angka harapan hidup tertinggi di dunia. Jadi jangan heran jika banyak sekali para lansia yang kita jumpai di Nagano dan mereka masih sangat sehat, bugar, dan lincah.
        
(Saat berkunjung di salah satu rumah tradisional yang ada di Nagano)

Sore menjelang malam perjalanan kami lanjutkan dengan mengunjungi Renkoji Temple. Renkoji Temple merupakan kuil yang sekaligus rumah salah satu panitia lokal yang menyambut dan mengurusi kami selama di Nagano. Di kuil ini terdapat banyak sekali patung budha dari berbagai macam ukuran. Hal menarik dari kunjungan kami di kuil ini adalah kami diberikan kesempatan untuk melakukan Tea Ceremony yaitu upacara minum teh hijau khas Jepang atau Matcha. Upacara minum teh ini merupakan tradisi yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Jepang khususnya ketika mereka sedang menerima tamu penting. Dan pada upacara minum teh ini terdapat cara-cara khusus seperti cara duduk, membuat teh, mengambil mangkuk teh, meminum teh, maupun meletakan mangkuk yang telah habis diminum. Saya sangat menikmati upacara minum teh tersebut karena bukan hanya menikmati pengalaman baru dalam meminum teh, tetapi juga karena didukung oleh dinginnya Nagano saat itu yang membuat teh tersebut menjadi teh terenak sedunia.

(Saat sedang melakukan tea ceremony)

Nagano juga terkenal sebagai tempat lahirnya Samurai. Dan salah satu tempat yang kami kunjungi untuk melihat tempat tinggal dari samurai-samurai tersebut adalah Ueda Castle. Ueda Castle awalnya dibangun di tahun 1583 oleh Sanada Masayuki, seorang pemimpin samurai yang dikenal di seluruh Jepang. Kastil ini sangat penting dalam sejarah karena di dalam kastil ini diperlihatkan serangan oleh tentara Tokugawa tidak hanya sekali, tetapi dua kali. Sebuah taman telah dibangun di sekitar peninggalan kastil, menjadi cukup meriah pada musim semi dengan orang-orang yang datang untuk melihat bunga Sakura. Namun sayangnya saat itu musim gugur dimana kami tidak bisa melihat bunga sakura yang kata banyak orang sangat indah. 

(Berfoto bersama di depan Ueda Castle)

Tidak hanya kaya dengan kebudayaan, Nagano juga unggul dalam pendidikan. Perjalanan kami dilanjuti dengan mengunjungi salah satu sekolah tertua yang ada di Nagano yaitu Super Global High School dan mengunjungi Shinsu University. Dalam kunjungan kami ketika itu, selain melihat bagaimana keadaan sekolah dan Universitas yang ada di jepang, kami juga melakukan diskusi kelompok dengan murid dan mahasiswa yang ada disana. Selain berdiskusi kami juga harus mempresentasikan hasil diskusi kami kepada kelompok lain. Bagi saya berdiskusi dengan mereka membuat wawasan semakin bertambah dan tentunya menjadi pengalaman yang sangat langka dan berharga.

(Seluruh peserta berfoto bersama dengan murid Super global High School dan mahasiswa Shinshu University setelah melakukan diskusi dan presentasi kelompok)


Perjalanan saya di Nagano tidaklah lengkap jika tidak merasakan Homestay bersama Host Family di Nagano. Saya bernama Disco, teman saya yang berasal dari Thailand, berkesempatan tinggal di rumah keluarga Baba selama tiga hari. Papa dan Mama Baba adalah panggilan sayang kami terhadap Ibu dan Ayah angkat saya selama Nagano. Di rumah itu hanya tinggal mereka berdua. Anak-anak mereka semua tinggal di Tokyo. Rumah yang kami tempatkan cukup besar dan sangat bersih. Saya sangat merasa bersyukur bisa mempunyai pengalaman tinggal bersama orang tua angkat di Nagano. Selain diajak keliling dan mengunjungi tempat-tempat menarik di Nagano, saya merasa dianggap seperti anak mereka sendiri.

(Papa Baba, Saya, Disco, dan Mama Baba berfoto bersama saat Homestay Matching)

Nagano merupakan tempat dimana saya mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang luar biasa. Bukan hanya kaya akan kebudayaan, namun Nagano juga menyimpan segudang tempat-tempat yang indah dan damai. Keindahan dan kedamaian kota inilah yang membuat Nagano dijuluki sebagai "Heart of Japan".


        Randika Dwiputra

SSEAYP 2017




No comments:

Post a Comment

Pages