ANGKA TIGA BELAS YANG MANIS

Kata orang, angka tiga belas adalah angka yang sial. Bahkan, ada beberapa hotel yang tidak menyertakan angka tiga belas dalam penomoran lantainya. Itu menurut sebagian orang. Bagi saya, tidak ada yang namanya angka sial, termasuk angka tiga belas. Angka yang dianggap sial bagi sebagian orang sial ini malah memberikan beberapa pengalaman manis dalam hidup saya, hingga kini.

Pengalaman manis angka tiga belas yang pertama saya rasakan adalah ketika saya mengikuti sebuah kompetisi di tahun 2016. Saat itu, saya mendapatkan nomor tampil ke tiga belas, angka yang dianggap sial. Nyatanya, angka ‘sial’ bagi beberapa orang itu malahan membawa saya keluar sebagai pemenang ketiga pada kompetisi tersebut. Lalu setahun setelah itu, angka tiga belas kembali membuat saya merasakan hal manis yang akan menjadi salah satu kenangan indah dalam hidup saya. Tepat pada 13 April 2017, saya terpilih sebagai salah satu kandidat delegasi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) dari Provinsi Bengkulu. Pada fase ini, saya benar-benar sadar bahwa sebenarnya tidak ada angka sial atau tidak beruntung. Yang ada adalah bagaimana kita mengambil setiap kesempatan dalam hidup dan berusaha menghidupkan mimpi-mimpi kita. Sungguh tidak ada hubungannya dengan mitos tentang angka sial atau apapun itu.

Setelah terpilih di tanggal 13 April 2017 lalu sebagai kandidat delegasi Pertukaran Pemuda Antar Negara, saya merasa telah menginjak babak baru dalam hidup saya. Saya dan beberapa kandidat terpilih lainnya tidak langsung diberangkatkan ke negara tujuan, namun kami harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan terstruktur selama kurang lebih dua bulan sebelum diberangkatkan ke negara tujuan. Pelatihan tersebut dinamakan Pra-Pre Departure Training atau disingkat menjadi PPDT.

Dalam masa PPDT, seluruh kandidat mendapatkan banyak pelajaran baru yang sangat berharga. Kami diajarkan cara membuat Paper yang benar, cara presentasi yang baik, belajar menari dan menyanyikan lagu-lagu dari banyak daerah di nusantara. Kami juga diajarkan tentang graphic design , belajar menulis artikel dan newsletter, dan tentu banyak pelajaran baru yang sangat berharga. Semua itu kami pelajari dan coba kami maksimalkan selama 13 pertemuan. Nah, kan... ada angka tiga belas lagi.

Selama 13 minggu masa PPDT, selain ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para senior dan fasilitator, ada satu hal yang amat penting yang kami pelajari secara natural. Hal penting itu adalah bagaimana kami menemukan satu tempat baru yang dapat saling mengisi, melengkapi, dan mengoreksi. Tempat itu, kami beri nama ‘Keluarga’. Kami, para kandidat, berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Dari banyak perbedaan itu, kami manfaatkan untuk semakin memperkaya pengalaman bagi keluarga yang baru saja kami bangun.


Saya bersama teman-teman satu Batch saat masa PPDT 2017

Keluarga kami memang masih baru dan mungkin rapuh. Kami masih harus menggali lagi pribadi demi pribadi agar dapat memperkokoh pondasi keluarga kami yang masih sangat baru ini. Kami masih harus belajar terbiasa dengan banyak karakter : cuek, terburu-buru, misterius, merasa rendah diri, moody, cerewet, pemarah, unik. Dengan karakter-karakter yang berbeda-beda itu, kami justru harus belajar untuk melepaskan jubah keegoisan kami agar dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin kami capai secara maksimal. Ini benar-benar sulit pada awalnya, namun tidak ada yang benar-benar sulit jika kita mau mencoba, bukan?

Akhirnya, dalam masa PPDT yang berwarna-warni ini, kami secara perlahan namun pasti tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. PPDT mengajarkan begitu banyak hal baik bagi kami : persahabatan, kompetisi, keluarga, juga cinta. Pelajaran-pelajaran tersebut akan menjadi modal besar bagi kami untuk siap menjadi delegasi terbaik mewakili Bengkulu di program kami masing-masing. Dan yang paling terutama, kenangan bangun pagi bersama, makan siang, latihan hingga larut malam, circle check¸ diskusi hingga berujung argumentasi, tangis, benci, cinta, suka, duka, pedih dan bahagia, akan menjadi cerita teramat manis dan mengiringi perjalanan kami yang lebih jauh dan berliku.

Lalu, sekali lagi saya katakan kepada kita semua, tidak benar-benar ada angka sial, termasuk angka tiga belas. Saya sudah membuktikannya sendiri. Angka tiga belas, yang dianggap oleh sebagian orang sebagai angka sial, justru menjadi gerbang bagi saya untuk bertemu dengan keluarga baru. Dan melalui gerbang ini saya yakin, pengalaman-pengalaman manis dan mendebarkan lainnya akan segera dimulai.

Saya secara perlahan sudah membuka gerbang saya. Sekarang saatnya kamu juga membukanya. Lalu kita akan sama-sama bahagia dengan berjuta kejutan di hari depan.

Saya sudah sangat siap dan tidak sabar. Apakah kamu juga siap?


Jerni Rinova Panjaitan
SILYEP 2017

No comments:

Post a Comment

Pages