Wonderful Host Sisters

Sarah and Lara
                Saya merasa sangat berungtung bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Sedikit berbeda dengan participant yang lainnya yang memiliki ayah, ibu dan saudara. Sedangkan saya hanya tinggal dengan dua orang host sisters yang mereka berdua sendiri merupakan sahabat karib dan tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Alhasil, kami bertiga sama-sama tidak memiliki hubungan sama sekali namun pada akhirnya bisa berbaur dan menyatu.
 
             Sarah dan Lara adalah sahabat karib sejak mereka berumur 12 tahun. Sudah ada banyak hal yang mereka lalui bersama. Dari saat Sarah memutuskan menjadi vegetarian, kerja paruh waktu bersama, pergi ke sekolah bersama, dan lainnya. Hal ini membuat keduanya tetap akrab hingga sekarang. Mereka kemudian memutuskan untuk tinggal bersama dan berbagi segala hal bersama. Seperti membayar tagihan listrik, air, kulkas, makanan, dan lainnya.

                Keduanya masih berumur 28 tahun ketika aku tinggal disana. Dari mereka berdua, saya bisa banyak belajar mengenai cara hidup anak muda di Australia. Bagaimana cara mereka bekerja keras memenuhi kebutuhan mereka, bagaimana cara mereka bergaul, bagaimana kisah percintaan mereka, kemana mereka biasa menghabiskan waktu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tentunya hal ini sulit untuk didapatkan oleh teman-teman saya satu program. 

                Namun pelajaran yang sangat berarti bagi saya selama tinggal dengan mereka berdua adalah saya bisa melihat sisi lain dari Bule. Ya, kebanyakan dari kita berpikir bahwa Bule itu cuek. Buktinya saja mereka tidak mengenal tetangganya sendiri. Cuek banget kan, ya? Bagi orang Indonesia yang memiliki budaya harus mengenal orang satu RT atau setidaknya wajib mengenal tetangga depan dan samping rumah tentu hal ini menjadi hal yang dipandang negative.

Bayu were going picnic together with Sarah and Lara
                Tetapi, cuek yang kita anggap itu tidak sepenuhnya benar menurut saya. Ya, saya memang tidak memungkiri kecuekan mereka dalam hal mengenal tetangga. Namun, mereka memiliki nilai lebih lain yang membuat saya tidak bisa mengatakan bahwa mereka adalah orang yang cuek. Mengapa bisa demikian? Alasannya antara lain :

                Pertama, dengan tinggal bersama Sarah dan Lara, saya menjadi percaya bahwa Sahabat Sejati benar-benar ada di dunia ini. Kebanyakan dari kita menganggap sahabat sejati ya bullshit, gak mungkin ada lah! Sahabat sih dulu/sekarang ada, tapi kalau sudah pada pisah karena tamat sekolah atau wisuda ya…. semuanya sudah mulai sibuk dengan dunianya masing-masing. Sudah mulai tidak memperdulikan satu sama lain. Tapi berbeda dengan Sarah dan Lara. Umur mereka bersahabat pun sudah lebih dari 15 tahun! Bahkan saat ini mereka berdua memutuskan untuk tinggal berdua dan berbagi semua bersama. Secara pribadi, saya belum pernah sama sekali menemukan sahabat yang mau berbagi rumah dan berbagi pengeluaran bersama seperti ini di Indonesia. Kasus seperti ini sangat langka untuk ditemukan, kecuali orang yang memiliki hubungan darah memutuskan hidup bersama. Hal seperti ini baru bisa dengan mudah ditemukan.

                Kedua, mereka sangat menghargai hak orang lain. Dari tata cara mereka menjaga sampah mereka sendiri telah membuktikan hal itu. Dirumah, mereka menyediakan 3 buah tempat sampah yang sangat besar untuk meletakan sampah-sampah dari rumah tiap harinya. Kemudian setiap pagi, akan ada tukang sampah yang sudah mereka bayar per bulannya untuk mengambil sampah tersebut. Selain itu, dari cara mereka mengemudikan mobil pun cukup untuk membuktikan tingginya penghargaan mereka terhadap hak orang lain. Bukan hanya karena tidak ingin dihukum dikarenakan melanggar rambu-rambu lalu lintas, namun juga karena pola pikir mereka yang megatakan bahwa jalanan bukan milik mereka secara personal. Bahkan Lara sudah merencanakan untuk meminta bantuan temannya untuk mengendarai mobil ketika pulang acara Halloween karena Lara sudah memutuskan untuk mabuk sebelumnya. Jadi, dia tidak perlu lagi mengendarai mobil ketika ia sudah hangover. Sebegitu well organize-nya mereka karena tidak ingin mengganggu kenyamanan dan ketentraman orang lain.

"Monk" plays around
                Ketiga, mereka peduli dengan isu-isu yang sedang hangat saat ini. Sarah dan Lara adalah pecinta hewan. Hal ini merupakan alasan mendasar bagi Sarah untuk menjadi Vegetarian. Hal ini juga yang membuat dirumah mereka ada banyak hewan peliharaan. Dirumah kami, kami memiliki 3 ekor kucing dan 1 ekor anjing. Mengapa jumlah kucingnya bisa sampai 3? Alasannya karena Lara adalah pecinta kucing. Awalnya, Lara hanya memiliki satu kucing. Namun karena ada kucing yang membutuhkan tempat tinggal, akhirnya Lara memutuskan untuk mengadopsi dua ekor kucing lagi. Bahkan ia mungkin masih tidak akan merasa keberatan untuk mengadopsi kucing lagi jika ada kucing lain yang membutuhkan tempat tinggal. Selain itu, peliharaan mereka diperlakukan dengan sangat baik, bahkan makanan pun diberikan yang berkualitas. Tidak jarang bahkan makanan peliharaan mereka sama mewahnya dengan makanan mereka sendiri. Karena perlakuan yang baik ini, peliharaan mereka seperti memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan mereka berdua. Sering sekali bahkan peliharaan mereka ini menangis jika ditinggalkan dirumah.

"Bunga" is a prop for Fund Raising
                Selain itu, yang membuat saya sedikit malu dengan diri saya sendiri adalah mengenai isu berkurang drastisnya jumlah Orang Utan di Indonesia.  Sarah sering sekali melakukan Fund Raising untuk membantu konservasi Orang Utan yang ada di Indonesia. Bahkan saya yang asli orang Indonesia sendiri tidak terlalu peduli dengan hal seperti itu. Akan tetapi mereka sangat peduli hingga harus turun kelapangan dan melakukan Fund Raising hanya untuk membantu orang Indonesia menjaga populasi Orang Utan dari kepunahan. Saya berharap akan lebih banyak dari kita yang sadar untuk ikut berperan aktif dalam menjaga apa yang saat ini suda kita miliki. Mereka yang hidup diluar saja bisa peduli. Sudah semestinya kalau kita harus lebih peduli dengan milik kita sendri.

                Itulah beberapa alasan yang membuat saya merasa bahwa kecuekan bule seperti mereka itu tidak bisa dikatakan sebagai kecuekan mutlak. Kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar bahkan bisa dibilang jauh lebih tinggi daripada kepedulian yang kita miliki. Mungkin, dikarenakan budaya yang mereka miliki, mereka jadi lemah dalam melakukan interaksi sosial. Namun, kita yang pandai dalam berinteraksi dengan banyak orang juga memiliki kekurangan lainnya, yaitu tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Coba lihat disekitar kita, ada berapa banyak orang yang masih tidak menghargai hak orang lain? Indikatornya adalah berapa banyak orang yang menerobos lampu merah, membuang sampah sembarangan, memotong antrean, dll. Kita, orang Indonesia, mungkin lihai dalam bercanda, bercengkrama dan bersosialisasi. Tapi dengan rendahnya penghargaan kita terhadap Hak yang dimiliki orang lain, sebenarnya yang bisa dikatakan sebagai bangsa yang cuek itu adalah orang Indonesia itu sendiri :)   Benar, toh?

Yuk, kita bangun kepedulian yang lebih tinggi terhadap lingkungan sekitar!  


Bayu Tri Anugrah
AIYEP 2014

No comments:

Post a Comment

Pages