General Information about AIYEP

Indonesian Participants for AIYEP 2014/2015
Today, I will not tell you about the specification of AIYEP, what I have done or what. Tapi, hari ini kita akan membahas pertama General Thing about AIYEP. Hope it would help you guys to get the clear definition about AIYEP.

Australia Indonesia Youth Exchange Program adalah program yang dinaungi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) of Australia. Program ini pertama kali dimulai pada tahun 1981, dan saya merupakan angkatan ke-33 dari program pertukaran ini.


Sebenarnya, sebelum berangkat ke program, I have no idea about AIYEP. Saya berusaha menerka-nerka bagaimana program yang akan saya jalankan nanti. Di dalam benak saya, AIYEP sangat independent seperti yang biasa digaungkan oleh alumninya, bahwa AIYEP adalah program yang sangat bebas. Bahkan kita bisa menentukan sendiri to do list yang ingin kita lakukan setiap harinya. You can choose whatever you want, they said. But then, I truly can understand what is the freedom which they meant after I finished the program.

18 Oktober 2014, saya bersama dengan 17 rekan saya yang lainnya dari 15 provinsi se-Indonesia menginjakkan kaki di Perth (lokasi fase Australia AIYEP 2014), Western Australia, setelah menjalankan Pre Departure Training selama 10 hari di Jakarta, Indonesia. Selama seminggu setelah kami sampai di Perth, kami menjalani Orientation untuk mengenali lebih jauh budaya Australia. Tidak hanya budaya waktu yang kami pelajari, namun juga makanan, tata cara menggunakan transportasi umum, budaya di rumah-rumah dan lainnya.

Setelah menjalani Orientation, kami mulai diserahkan ke Host Family masing-masing. Maka artinya  Urban Phase Australia is just begun! yeay! Host Family adalah keluarga yang akan menampung kita selama kita menjalankan program. Tujuan dari Host Family adalah agar kita dapat berbaur dengan kebudayaan Australia yang sesungguhnya. Selain itu, Host Family juga dimaksudkan agar adanya long last relationship yang terbangun antara peserta dengan local community, yang diharapkan akan turut membangun keeratan hubungan antara Indonesia dengan Australia.

Selama di Urban Phase, saya tidak hanya menghabiskan waktu saya secara total bersama dengan Host Family. Namun, saya juga mendapatkan Work Placement yang telah disesuaikan dengan latar belakang yang telah saya miliki. Work Placement program akan kita lakukan setiap hari selasa hingga jumat. Hal ini dikarenakan, setiap hari Senin, peserta memiliki kewajiban untuk melakukan Cultural Performance Tour ke sekolah-sekolah atau institusi-institusi lainnya. Sedangkan hari sabtu dan minggu memang dikhususkan bagi peserta untuk menghabiskan waktu bersama Host Family. Kegiatan yang dilakukan bersama Host Family bisa saja beragam. Bisa bertamasya, makan bersama, piknik, memancing, dll. Semua bergantung kepada negosiasi yang telah kita lakukan dengan Host Family kita masing-masing.

3 minggu berlalu. Kemudian, peserta mendapatkan waktu selama seminggu untuk Mid Visit Break. Mid Visit Break ini sendiri merupakan liburan yang diberikan kepada peserta sebelum memasuki Village Phase Australia. Di tahun saya, Mid Visit Break kami mengunjungi Busselton, Western Australia. Disini, kami diajak untuk mengunjungi Busselton Jetty and Aquarium, juga mendapatkan Master Chef Challenge dari panitia. Semua fasilitas pun diakomodir dengan sangat lengkap oleh panitia. Kami tinggal di Cottage dan kita bebas melakukan apa pun selama Mid Visit Break.

Setelah itu, Rural phase Australia pun dimulai. Tidak jauh berbeda dengan Urban Phase, selama di Rural phase kami juga mendapatkan Work Placement dan Host Family. Setiap hari senin pun kami tetap sesuai dengan rutinitas yang sudah biasa kami lakukan selama di Urban Phase, kami tetap melakukan Cultural Performance Tour. Perbedaannya hanyalah pada lokasi, kalau sebelumnya di Kota yang kondisinya ramai, namun sekarang harus berada di desa yang kondisinya sepi.

Jadi sudah terbayang kan dengan rutinitas yang akan dihadapi selama AIYEP? Kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan hakiki. Namun, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk melakukan negosiasi dengan semua jadwal per hari yang ingin kita lakukan. Kita bebas mengajukan hal apa yang ingin kita lakukan namun kita juga tidak boleh menyampingkan hak orang lain. Contohnya saja dengan aktivitas-aktivitas yang akan kita lakukan saat di Work Placement dan Host Family. Kita bebas mengaspirasikan, namun tetap tidak boleh menyampingkan hak orang lain dan kewajiban yang harus kita lakukan selama program. Itulah mengapa alasannya AIYEP dikatakan sebagai program yang melatih Professionalism seseorang.



Panjang Rural Phase tidak berbeda dengan lamanya Urban Phase, 3 minggu. Kemudian, peserta akan berangkat kembali menuju kota Perth untuk mengikuti Joint Orientation bersama dengan peserta dari Australia. Alhasil, jumlah orang di dalam group akan bertambah. Dari 18 orang, akan menjadi 36 orang. Selama Joint Orientation ini, peserta tidak hanya berlatih bersama mengenai budaya dan tarian Indonesia, tetapi peserta juga akan belajar lagu-lagu dan tarian-tarian Australia, yang nantinya semua ini akan di mix dengan lagu dan tarian Indonesia untuk digunakan dalam Cultural Performance yang akan dilakukan selama di Indonesia. Joint Orientation di Perth berlangsung selama seminggu dan sebelum peserta meninggalkan kota Perth, peserta sudah mulai dipasangkan (Counter parting).

Joint Orientation kemudian dilanjutkan lagi selama 3 hari di Jakarta dan 3 hari di Banjarmasin (lokasi fase Indonesia AIYEP 2014), Kalimantan Selatan. Selama Joint Orientation disini, peserta sudah mulai tinggal sekamar dengan counter part-nya masing-masing.

Village Phase Indonesia pun dimulai setelahnya. Sehabis mengarungi perjalanan selama kurang lebih 7 jam, akhirnya kami bisa menginjakan kaki di Desa Mattone. Desa Mattone adalah desa yang terkenal dengan festival pantai-nya se-Kalimantan Selatan. Bahkan orang-orang dari luar Kalsel pun banyak yang berdatangan kesana untuk menyaksikan festival pantai yang diadakan di Desa Mattone, Pagatan, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Selama di Village Phase Indonesia peserta tetap mendapatkan Host Family. Perbedaannya adalah jika di Australia kita tinggal sendirian, namun sekarang mulai akan tinggal berdua di satu Host Family bersama Counter Part.  

Jika di fase-fase sebelumnya kita akan mendapatkan Work Placement, di Village Phase Indonesia kita tidak akan memiliki Work Placement. Hal ini dikarenakan kita akan fokus pada kegiatan Community Development selama kita di desa tersebut. Ya, bisa dibilang seperti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tetapi bedanya adalah KKN ini akan kita lalui bersama bule-bule Australia yang masih merasa taboo dengan beberapa budaya desa di Indonesia. Misalkan dengan Squad Toilet, nyamuk, panas, berkendaraan menggunakan motor, dll. Untuk melihat perkembangan desa setelah 3 minggu kami berada disana untuk menjalankan Village Phase, teman-teman bisa lihat di desamattone.com . Kami sangat senang sekali karena ternyata program-program yang kami jalankan kemaren saat di Village Phase masih berjalan hingga sekarang.

Yang perlu diingat adalah meski selama Village Phase kita tidak memiliki Work Placement, akan tetapi Cultural Performance must go on! haha Kita akan tetap melakukan Cultural Performance setiap hari senin di Village Phase guna untuk memperkenalkan budaya Australia dan memperluas pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia kepada masyarakat desa. Cultural Performance-nya tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah dan institusi-institusi saja, namun juga dilakukan diberbagai acara dan festival.

Setelah selesai menjalankan Village Phase, kami mendapatkan waktu untuk Mid Visit Break lagi selama satu minggu. Yeay! Selama satu minggu, kami menghabiskan Mid Visit Break di tempat wisata Bamboo Rafting yang sangat terkenal di Kalimantan Selatan, yaitu Loksado. Berbeda dengan Mid Visit Break yang kami dapatkan di Australia, Mid Visit Break di Indonesia terasa sangat Indonesia. Bahkan Cottage pun dinuansakan dengan sangat Indonesia. Gayung Mandi pun kami harus menggunakan batok kelapa. Meskipun toiletnya sudah memiliki Shower dan Sit Toilet.

Usai Mid Visit Break, kami mulai memasuki lagi City Phase Indonesia. City Phase Indonesia berlangsung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di City Phase ini, aktivitas kami berlangsung sama seperti aktivitas yang kami jalankan di Australia. Selain tinggal dengan Host Family, peserta juga akan kembali bekerja di Work Placement. Setiap hari senin pun peserta juga tetap menjalankan Cultural Performance Tour ke sekolah-sekolah dan institusi lainnya. City Phase ini pun juga berlangsung selama 3 minggu, sama dengan fase-fase sebelumnya dan fase ini pula yang menjadi fase penutup dari Australia Indonesia Youth Exchange Program.

Selfie Photo with Mr. Imam Nahrawi
Setelah menjalankan City Phase Indonesia, peserta berangkat lagi menuju Jakarta untuk melakukan Re-Entry selama 4 hari. Rangkaian yang dilakukan selama Re-Entry adalah adanya dialogue langung dengan menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia, Youth Dialogu bersama Australia Indonesia Youth Association, dan perpisahan. Setelah itu, peserta dipulangkan kembali ke tempat asal mereka masing-masing.

Jadi, bisa dikatakan kalau panjang program yang akan teman-teman lalui di AIYEP berkisar sekitar 4 bulan setengah. Yakinlah jika program ini akan sangat berguna bagi hidup teman-teman sekalian setelah berkecimpung didalamnya. Once in a Lifetime Experience that will never be rewind. Will you be the next Youth Ambassador of Indonesia for AIYEP? 

Keep on dreaming. Like what Jessie J said, Dreaming is believing. When you keep believing, then you look back for a moment, you will surprise with all the things that you have got now. Maybe it's you, the one who will get this chance. so do not stop now :)


Bayu Tri Anugrah
AIYEP 2014

2 comments:

  1. Thats right bay !!!! Thanks had been share .... :')

    ReplyDelete
  2. You must be surprised, that i have read all posts of you *delegates of programs PPAN 2014-2015

    ReplyDelete

Pages